Di Balik Senyuman Indah Warga Krayan, Kecamatan |
Krayan begitu kaya akan hasil alamnya, tak heran jika sebelumnya
warga setempat sangat bergantung dengan alam sekitar. Bahkan Krayan juga salah
satu kecamatan yang sangat luas, menaungi lebih kurang 70 desa. Krayan juga
diketahui sebagai kecamatan yang memiliki jumlah desa terbanyak di Indonesia.
Sayang meski kaya akan keindahan alamnya, pesona Krayan hingga kini masih sulit
dijangkau karena kendala transportasi dan infrastruktur yang kurang memadai.
Setelah puas belajar dan bermain di Culture Field School
(CFS) di rumah kubu lepoo dan daan di Desa Terang Baru, hari selanjutnya kami
mengunjungi air terjun Pa’ Remayo yang konon menjadi objek handalan di
Kecamatan Krayan tepatnya di Desa Pa Betung. Selain menjadi tempat wisata air
terjun Pa’ Remayo juga menjadi tumpuan Pembangkit Tenaga Listrik Air (PLTA)
untuk penerangan di sejumlah desa di Krayan.
Udara sejuk di Long Bawan tidak mengurangi niat kami menuju
Desa Pa Betung. Hanya saja hingga pukul 11.00 siang waktu setempat, kami belum
juga beranjak menuju air terjun itu. Ini dikarenakan lagi-lagi kami kesulitan
transportasi untuk bisa sampai kesana. Padahal untuk sampai ke air terjun itu
kita membutuhkan banyak waktu lebih kurang dua hingga tiga jam.
Berkeliling Long Bawan kami mencari kendaraan sambil
menanyakan akses jalan menuju Pa’ Remayo. Kebanyakan dari warga yang kami temui
mengaku belum pernah datang ke sana. “Bapak mau ke air terjun ? Jalanannya jauh
pak saya saja orang sini belum pernah berkunjung kesana. Apalagi kalau pas
hujan bisa-bisa tidak tembus ke air terjunnya,” jelas salah satu warga Long
Bawang kepada Juni Mardiansyah Kepala BKPMPT Nunukan saat mencari kendaraan
sewa.
Lama berkeliling kendaraan belum juga kami dapat. Pasalnya
untuk sewa motor biayanya lebih kurang Rp 500 ribu rupiah sementara untuk mobil
bisa bekisar satu juta hingga satu juta lima ratus ribu rupiah. Beruntung di
perjalanan kami bertemu dengan Alex Balang salah satu warga Long Bawang yang
aktif di Forum Masyarakat Adat Dataran Tinggi (Formadat). Laki-laki bertubuh
besar itu aktif sebagai relawan pemerhati ecowisata di Kecamatan Krayan.
“Bapak dengan rombongan mau ke air terjun kah ? Tempatnya
memang bagus pak, tapi sayang jalanannya belum mulus. Saya sarankan Bapak bersama
teman-teman naik motor saja kesananya biar tidak terlalu jauh jalan kaki untuk
mencapai puncak air terjunnya. Tapi saya ingatkan agar lebih berhati-hati
karena kondisi jalan berlubang, sempit dan banyak tumbuhan liar. Kalau tidak
hati-hati bisa jatuh,” terang Alex kepada rombongan BKPMPT Nunukan.
Sekedar diketahui Krayan memang memiliki kekayaan yang
berlimpah. Namun perhatian yang saat ini diberikan masih jauh dari yang
diharapkan warga setempat. Seandainya Pemerintah Pusat mau bekerjasama lebih ekstra
dengan Pemerintah Daerah Kabupetan Nunukan. Dipastikan Krayan menjadi salah
satu teras perbatasan NKRI yang terindah dan terkenal di Asia maupun hingga
penjuru dunia. Seperti harapan Alex Balang yang hingga kini tidak pernah
berputus asa untuk terus memperkenalkan lokasi wisata di Krayan di khalayak
luas.
“Kalau saya sebagai warga disini tidak berharap yang
macam-macam kepada pemerintah. Mimpi saya kedepan semoga Pemerintah Pusat mau
lebih memberikan perhatiannya kepada daerah-daerah perbatasan khususnya di
tanah Krayan ini. Bagaimana pembangunan disini bisa maksimal kalau hanya
mengandalkan pemerintah daerah yang secara anggaran saja kita saat ini sudah
sangat terbatas. Seandainya ada perhatian khusus dan pemerintah mau berkorban
untuk glontorkan anggaran fokus kepada pembangunan Krayan, mungkin tidak hanya
kami tapi seluruh Indonesia juga akan bangga terhadap Krayan karena bisa
mengejar ketertinggalan kita dengan negera tetangga,” harap Alex kepada
pemerintah untuk laju pembangunan di kecamatan perbatasan itu.
Akhirnya kendaraan pun siap kami kemudian langsung menuju
Desa Pa Betung tempat air terjun Pa’ Remayo. Seperti yang sudah diingatkan
warga lokal untuk menikmati air terjun tersebut tidaklah mudah. Beberapa kali
terjatuh karena jalanan yang buruk akhirnya kamipun tiba di tingkatan ke dua
air terjun itu. Tak ingin mensia-siakan waktu kami langsung menikmati kesejukan
dan derasnya air terjun Pa’ Remayo. Selain itu kami juga tidak lupa
mengabadikannya dengan berfoto bersama sebelum akhirnya kami kembali pulang ke
penginapan di Desa Long Bawan
“Biarpun kami sempat jatuh dan harus mendorong motor karena
terjebak kubang lumpur, tapi pas sampai di Pa’ Remayo bahagianya sungguh luas
biasa. Lelah kami tu terbayar sama segarnya deras air terjun Pa’ Remayo bah.
Sayang kami enda bisa lama-lama disana karena sudah kesorean jadi kami harus
cepat pulang biar tidak kemalaman sampai penginapan,” tutup Juni Mardianysah.
(***)
Sumber : Radar Tarakan
siplah...
BalasHapus